1. Aksara Carakan
Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu :
ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga ;
2. Aksara Pasangan
Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu :
h, n, c, r, k, d, t, s, w, l,
p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng ;
3. Aksara Swara
Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama
orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup,
yaitu : A, I, U, E, O
4. Aksara Rekan
Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa
asing, yaitu : kh, f, dz, gh, z
5. Aksara Murda
Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama
orang yang dihormati, yaitu : Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba
6. Aksara Wilangan
Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa,
yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.
7. Tanda Baca (Sandangan)
Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup
serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari,
yaitu tanda : koma, titik, awal kamimat, dll
huruf : i, o, u, e.
huruf mati : _r, _ng, _ra, _re, dll
Sabtu, 19 Februari 2011
Sinau Nulis Aksara Jawa
1. Aksara Carakan
Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu :
ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga ;
2. Aksara Pasangan
Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu :
h, n, c, r, k, d, t, s, w, l,
p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng ;
3. Aksara Swara
Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama
orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup,
yaitu : A, I, U, E, O
4. Aksara Rekan
Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa
asing, yaitu : kh, f, dz, gh, z
5. Aksara Murda
Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama
orang yang dihormati, yaitu : Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba
6. Aksara Wilangan
Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa,
yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.
7. Tanda Baca (Sandangan)
Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup
serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari,
yaitu tanda : koma, titik, awal kamimat, dll
huruf : i, o, u, e.
huruf mati : _r, _ng, _ra, _re, dll
Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu :
ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga ;
2. Aksara Pasangan
Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu :
h, n, c, r, k, d, t, s, w, l,
p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng ;
3. Aksara Swara
Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama
orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup,
yaitu : A, I, U, E, O
4. Aksara Rekan
Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa
asing, yaitu : kh, f, dz, gh, z
5. Aksara Murda
Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama
orang yang dihormati, yaitu : Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba
6. Aksara Wilangan
Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa,
yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.
7. Tanda Baca (Sandangan)
Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup
serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari,
yaitu tanda : koma, titik, awal kamimat, dll
huruf : i, o, u, e.
huruf mati : _r, _ng, _ra, _re, dll
Mitos Jawa
Barong
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa. Tarian tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering diperlihatkan sebagai atraksi wisata. Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong.
Jatayu
Jatayu adalah tokoh protagonis dari wiracarita Ramayana, putera dari Sang Aruna dan keponakan dari Sang Garuda. Ia merupakan saudara Sempati. Ia adalah seekor burung yang melihat bagaimana Dewi Sita diculik oleh Rahwana. Ia berusaha melawan tetapi kalah bertarung dan akhirnya mati. Tetapi ketika belum mati dan masih sekarat masih bisa melaporkan kepada Sri Rama bahwa Dewi Sita istrinya diculik.
Airawata
Dalam mitologi Hindu, Airawata adalah nama seekor gajah putih, wahana Dewa Indra. Airawata merupakan putera dari Irawati, salah satu puteri Daksa. Dalam mitologi Hindu sering digambarkan bahwa Airawata ditunggangi oleh Indra yang membawa senjata Bajra, sambil membasmi makhluk jahat. Menurut mitologi Hindu, Airawata merupakan salah satu gajah penjaga alam semesta. Ia dianggap sebagai pemimpin para gajah.
Asura
Asura dalam ajaran agama Hindu adalah bangsa Daitya, kadangkala disamakan dengan rakshasa atau makhluk yang jahat. Mereka memiliki sifat negatif, yakni memusuhi para Dewa. Meskipun demikian, beberapa Asura merupakan Dewa.
Detya
Dalam bahasa Sanskerta, kata Detya secara harfiah berarti “keturunan Diti.” Dalam mitologi Hindu, Detya adalah sejenis makhluk jahat sebangsa raksasa, keturunan Diti dan Bhagawan Kasyapa. Para Detya sering bertikai dengan para Aditya, atau para dewa, meskipun mereka merupakan saudara seayah. Detya yang terkenal adalah Hiranyaksa, Hiranyakasipu, dan Mahabali. Kadangkala, mereka juga disebut Asura.
Kinnara
Kinnara adalah makhluk surgawi berwujud setengah manusia setengah burung. Mereka pandai memainkan alat-alat musik, seperti Vina atau Kecapi. Kinnara wanita disebut Kinnaris. Kinnaris berwujud wanita cantik dari kepala sampai pinggang, namun bagian tubuh ke bawah berwujud angsa. Mereka pandai bersyair, memainkan alat musik, dan menari.
Makara
Makara dalam mitologi Hindu, adalah makhluk yang berwujud ikan berkepala gajah, seperti yang sering dilukiskan dan dipahatkan dalam candi-candi di Indonesia, khususnya di Bali dan Jawa. Orang Bali menyebutnya gajahmina, yang secara harfiah berarti “ikan gajah”. Kadangkala Makara dilukiskan sebagai makhluk berwujud separuh kambing dan separuh ikan seperti simbol Kaprikornus dalam zodiak.
Karura
Karura adalah seekor makhluk besar yang memiliki nafas panas dan merupakan bagian dari mitologi Hindu-Buddha Jepang. Makhluk ini memiliki tubuh manusia dan kepala seekor elang. Makhluk ini dibawa ke Jepang dengan penyebaran agama Buddha. Nama Karura juga merupakan pelafazan bahasa Jepang dari kata Sansekerta garuda. Namun nampaknya bentuk Jepang ini diambil dari bahasa Pali garula.
Buto Ijo
Buto Ijo adalah mahluk seperti jin yang berwarna hijau dan bertubuh besar dengan taringnya yang tajam. Ia suka sekali menculik anak-anak balita untuk dijadikan tumbal dan mainan atau dijadikan budak belian yang mesti memijati sang Buto Ijo, atau kemudian dimakan setelah bosan dijadikan mainan anak-anaknya. konon untuk menangkal datangnya buto ijo menggunakan bambu kuning yang dibuat sperti kalung.
Antaboga
Antaboga adalah seekor ular raksasa dalam mitologi Bali. Ia diceritakan pada awal mitologi, pada penciptaan dunia. Pada suatu saat Antaboga bermeditasi dan kemudian menjadi seekor penyu bernama Bedawang. Dalam pewayangan Jawa, Antaboga adalah raja ular yang hidup di dasar bumi yang mengasuh Wisanggeni. Perwujudannya adalah naga dengan mahkota memakai badhong berambut dan memakai baju serta mengenakan kalung emas.
Basuki
Basuki adalah seekor ular raksasa di dalam mitologi Bali. Ular ini tinggal di dunia bawah tanah, dan merupakan hewan peliharaan dewa Batara Kala dan dewi Setesuyara. Batara Gura adalah seorang tokoh dalam mitologi Bali. Ia adalah seorang dewa yang menimbuni lautan dengan tanah untuk menciptakan pulau-pulau dan daratan. Dengan usahanya itu, ia justru membuat Naga Padoha marah. Ini adalah seekor ular raksasa yang lebih menyukai air. Akhirnya timbullah peperangan antara keduanya, yang dimenangkan oleh Batara Gura.
Batara Kala
Dalam ajaran agama Hindu, Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu. Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya.
Bedawang
Bedawang atau Bedawang Nala adalah seekor penyu raksasa dalam mitologi Bali yang membawa seluruh dunia di punggungnya. Dalam mitologi kreasi dunia, ia merupakan perubahan dari Antaboga. Ia bersama dua ular naga mendukung dunia manusia. Jikalau ia bergerak, maka akan terjadilah gempa dan letusan gunung berapi di atas bumi.
Calon Arang
Diceritakan bahwa Calon Arang adalah seorang janda penguasa ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Ia mempunyai seorang puteri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi puterinya, Calon Arang marah dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun muncul.
Kala Rau
Kala Rau adalah setan dalam mitologi Bali. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada suatu ketika ia hendak minum air dari Tirta Amertha, walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. Dewi Ratih yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada dewa Wisnu, yang kemudian melemparkan cakramnya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga kepala itu hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas dendam kepada dewi Ratih dan mengejarnya di kahyangan. Terkadang dewi Ratih tertangkap dan menurut mitos ini terjadilah gerhana bulan.
Setesuyara
Setesuyara adalah seorang dewi dalam mitologi Bali. Ia dikatakan tinggal dan menguasai dunia bawah tanah bersama dengan Batara Kala.
Dewi Sri
Dewi Sri atau Dewi Shri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa.
Taksaka
Dalam mitologi Hindu, Taksaka adalah salah satu naga, putera dari Dewi Kadru dan Kashyapa. Ia tinggal di Nagaloka bersama saudara-saudaranya yang lain, yaitu Basuki, Antaboga, dan lain-lain. Dalam Mahabharata, Naga Taksaka adalah naga yang membunuh Raja Parikesit. Naga Taksaka juga muncul dalam mitologi Bali, selayaknya pengaruh mitologi Hindu dari India. dalam mitologi Bali, Taksaka adalah ular yang tinggal di khayangan.
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa. Tarian tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering diperlihatkan sebagai atraksi wisata. Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong.
Jatayu
Jatayu adalah tokoh protagonis dari wiracarita Ramayana, putera dari Sang Aruna dan keponakan dari Sang Garuda. Ia merupakan saudara Sempati. Ia adalah seekor burung yang melihat bagaimana Dewi Sita diculik oleh Rahwana. Ia berusaha melawan tetapi kalah bertarung dan akhirnya mati. Tetapi ketika belum mati dan masih sekarat masih bisa melaporkan kepada Sri Rama bahwa Dewi Sita istrinya diculik.
Airawata
Dalam mitologi Hindu, Airawata adalah nama seekor gajah putih, wahana Dewa Indra. Airawata merupakan putera dari Irawati, salah satu puteri Daksa. Dalam mitologi Hindu sering digambarkan bahwa Airawata ditunggangi oleh Indra yang membawa senjata Bajra, sambil membasmi makhluk jahat. Menurut mitologi Hindu, Airawata merupakan salah satu gajah penjaga alam semesta. Ia dianggap sebagai pemimpin para gajah.
Asura
Asura dalam ajaran agama Hindu adalah bangsa Daitya, kadangkala disamakan dengan rakshasa atau makhluk yang jahat. Mereka memiliki sifat negatif, yakni memusuhi para Dewa. Meskipun demikian, beberapa Asura merupakan Dewa.
Detya
Dalam bahasa Sanskerta, kata Detya secara harfiah berarti “keturunan Diti.” Dalam mitologi Hindu, Detya adalah sejenis makhluk jahat sebangsa raksasa, keturunan Diti dan Bhagawan Kasyapa. Para Detya sering bertikai dengan para Aditya, atau para dewa, meskipun mereka merupakan saudara seayah. Detya yang terkenal adalah Hiranyaksa, Hiranyakasipu, dan Mahabali. Kadangkala, mereka juga disebut Asura.
Kinnara
Kinnara adalah makhluk surgawi berwujud setengah manusia setengah burung. Mereka pandai memainkan alat-alat musik, seperti Vina atau Kecapi. Kinnara wanita disebut Kinnaris. Kinnaris berwujud wanita cantik dari kepala sampai pinggang, namun bagian tubuh ke bawah berwujud angsa. Mereka pandai bersyair, memainkan alat musik, dan menari.
Makara
Makara dalam mitologi Hindu, adalah makhluk yang berwujud ikan berkepala gajah, seperti yang sering dilukiskan dan dipahatkan dalam candi-candi di Indonesia, khususnya di Bali dan Jawa. Orang Bali menyebutnya gajahmina, yang secara harfiah berarti “ikan gajah”. Kadangkala Makara dilukiskan sebagai makhluk berwujud separuh kambing dan separuh ikan seperti simbol Kaprikornus dalam zodiak.
Karura
Karura adalah seekor makhluk besar yang memiliki nafas panas dan merupakan bagian dari mitologi Hindu-Buddha Jepang. Makhluk ini memiliki tubuh manusia dan kepala seekor elang. Makhluk ini dibawa ke Jepang dengan penyebaran agama Buddha. Nama Karura juga merupakan pelafazan bahasa Jepang dari kata Sansekerta garuda. Namun nampaknya bentuk Jepang ini diambil dari bahasa Pali garula.
Buto Ijo
Buto Ijo adalah mahluk seperti jin yang berwarna hijau dan bertubuh besar dengan taringnya yang tajam. Ia suka sekali menculik anak-anak balita untuk dijadikan tumbal dan mainan atau dijadikan budak belian yang mesti memijati sang Buto Ijo, atau kemudian dimakan setelah bosan dijadikan mainan anak-anaknya. konon untuk menangkal datangnya buto ijo menggunakan bambu kuning yang dibuat sperti kalung.
Antaboga
Antaboga adalah seekor ular raksasa dalam mitologi Bali. Ia diceritakan pada awal mitologi, pada penciptaan dunia. Pada suatu saat Antaboga bermeditasi dan kemudian menjadi seekor penyu bernama Bedawang. Dalam pewayangan Jawa, Antaboga adalah raja ular yang hidup di dasar bumi yang mengasuh Wisanggeni. Perwujudannya adalah naga dengan mahkota memakai badhong berambut dan memakai baju serta mengenakan kalung emas.
Basuki
Basuki adalah seekor ular raksasa di dalam mitologi Bali. Ular ini tinggal di dunia bawah tanah, dan merupakan hewan peliharaan dewa Batara Kala dan dewi Setesuyara. Batara Gura adalah seorang tokoh dalam mitologi Bali. Ia adalah seorang dewa yang menimbuni lautan dengan tanah untuk menciptakan pulau-pulau dan daratan. Dengan usahanya itu, ia justru membuat Naga Padoha marah. Ini adalah seekor ular raksasa yang lebih menyukai air. Akhirnya timbullah peperangan antara keduanya, yang dimenangkan oleh Batara Gura.
Batara Kala
Dalam ajaran agama Hindu, Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu. Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya.
Bedawang
Bedawang atau Bedawang Nala adalah seekor penyu raksasa dalam mitologi Bali yang membawa seluruh dunia di punggungnya. Dalam mitologi kreasi dunia, ia merupakan perubahan dari Antaboga. Ia bersama dua ular naga mendukung dunia manusia. Jikalau ia bergerak, maka akan terjadilah gempa dan letusan gunung berapi di atas bumi.
Calon Arang
Diceritakan bahwa Calon Arang adalah seorang janda penguasa ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Ia mempunyai seorang puteri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi puterinya, Calon Arang marah dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun muncul.
Kala Rau
Kala Rau adalah setan dalam mitologi Bali. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada suatu ketika ia hendak minum air dari Tirta Amertha, walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. Dewi Ratih yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada dewa Wisnu, yang kemudian melemparkan cakramnya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga kepala itu hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas dendam kepada dewi Ratih dan mengejarnya di kahyangan. Terkadang dewi Ratih tertangkap dan menurut mitos ini terjadilah gerhana bulan.
Setesuyara
Setesuyara adalah seorang dewi dalam mitologi Bali. Ia dikatakan tinggal dan menguasai dunia bawah tanah bersama dengan Batara Kala.
Dewi Sri
Dewi Sri atau Dewi Shri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa.
Taksaka
Dalam mitologi Hindu, Taksaka adalah salah satu naga, putera dari Dewi Kadru dan Kashyapa. Ia tinggal di Nagaloka bersama saudara-saudaranya yang lain, yaitu Basuki, Antaboga, dan lain-lain. Dalam Mahabharata, Naga Taksaka adalah naga yang membunuh Raja Parikesit. Naga Taksaka juga muncul dalam mitologi Bali, selayaknya pengaruh mitologi Hindu dari India. dalam mitologi Bali, Taksaka adalah ular yang tinggal di khayangan.
, Rumah AdatTradisional
Rumah Adat di Indonesia
1. Provinsi DI Aceh atau Nanggro Aceh Darussalam atau NADRumah Adat Tradisional : Rumoh aceh
2. Provinsi Sumatera Utara atau Sumut
Rumah Adat Tradisional : Rumah balai batak toba
3. Provinsi Sumatera Barat atau Sumbar
Rumah Adat Tradisional : Rumah gadang
4. Provinsi Riau
Rumah Adat Tradisional : Rumah melayu selaso jatuh kembar
5. Provinsi Jambi
Rumah Adat Tradisional : Rumah panggung
6. Provinsi Sumatera Selatan atau Sumsel
Rumah Adat Tradisional : Rumah limas
7. Provinsi Lampung
Rumah Adat Tradisional : Nuwo sesat
8. Provinsi Bengkulu
Rumah Adat Tradisional : Rumah bubungan lima
9. Provinsi DKI Jakarta
Rumah Adat Tradisional : Rumah kebaya
10. Provinsi Jawa Barat atau Jabar
Rumah Adat Tradisional : Kesepuhan
11. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY atau Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rumah Adat Tradisional : Rumah joglo
12. Provinsi Bali
Rumah Adat Tradisional : Gapura candi bentar
13. Provinsi Nusa Tenggara Barat atau NTB
Rumah Adat Tradisional : Dalam loka samawa
14. Provinsi Nusa Tenggara Timur atau NTT
Rumah Adat Tradisional : Sao ata mosa lakitana
15. Provinsi Kalimantan Barat atau Kalbar
Rumah Adat Tradisional : Rumah panjang
16. Provinsi Kalimantan Tengah atau Kalteng
Rumah Adat Tradisional : Rumah betang
17. Provinsi Kalimantan Selatan atau Kalsel
Rumah Adat Tradisional : Rumah banjar
18. Provinsi Kalimantan Timur atau Kaltim
Rumah Adat Tradisional : Rumah lamin
19. Provinsi Sulawesi Utara atau Sulut
Rumah Adat Tradisional : Rumah bolaang mongondow
20. Provinsi Sulawesi Tengah atau Sulteng
Rumah Adat Tradisional : Souraja atau Rumah besar
21. Provinsi Sulawesi Tenggara atau Sultra
Rumah Adat Tradisional : Laikas
22. Provinsi Sulawesi Selatan atau Sulsel
Rumah Adat Tradisional : Tongkonan
23. Provinsi Maluku
Rumah Adat Tradisional : Baileo
24. Provinsi Irian Jaya atau Papua
Rumah Adat Tradisional : Rumah honai
Langganan:
Postingan (Atom)